Senin, 21 Januari 2008

Looking In my heart !

LOOKING IN MY HEART !
Tulisan ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya

“Ayana,” Seseorang memanggil ku pada jam istirahat di sekolah dan aku menoleh padanya. Hal yang mengejutkan ku, dia yang mengagetkan ku tadi adalah model lukisan ku dalam lomba festival melukis tahun lalu, Ichibana Kazuya, teman sekaligus target utama ku dalam lomba memberikan cokelat valentine di bulan februari nanti. Ini juga karena janji sama teman ku yang hampir mengatai ku lesbian karena tidak mengenal cinta dan tidak pernah memberikan perhatian sama cowok – cowok kece di kelas ku. Huh! Padahal memang saat ini aku belum sedang suka siapa – siapa di sekolah ku apalagi di kelas ku. Lagian bukan seperti kata Nami ‘aku tidak mungkin suka sama cowok’, hanya saja aku lagi gak mood ngomongin yang begituan. Aku Ayana Sawamura sedang berjuang habis – habisan untuk masuk kelas 3-A jurusan seni melukis karena aku suka melukis. Kazuya jadi model lukisan ku kelas 1 sejak saat secara tidak sengaja Kazuya dan aku bertabrakan di ruang melukis dan sebagai permohonan maaf Kazuya bersedia menjadi model lukisan ku untuk lomba festival melukis bulan juni kelas 1 itu. Tapi itu juga adalah untuk menggantikan lukisan ku yang dengan sengaja diinjak – injak Kazuya saat tabrakan itu ( menurut ku ).Sejak saat itu Kazuya dan aku berteman. Kembali soal Nami, demi mengembalikan nama baik ku kemudian pada bulan februari itu juga aku memberikan cokelat ke seluruh cowok di kelas ku dan kami kembali berteman.

“Ayana, kamu tahu tidak hasil lukisan mu dipajang sebagai lukisan terbaik di papan pengumuman hari ini ?” seru Kazuya dengan suara keras.

“Oh ya, memang kenapa ?” balas ku dengan suara yang lebih keras.

“Aduh kamu ini bagaimana ? Hasil lukisan mu diumumkan sebagai lukisan terbaik tahun ini dan kamu dipanggil Pak Guru untuk diberi hadiah,”

“Benarkaaaah ?!?!?!!!” seru ku dengan suara yang lebih keras dan Kazuya mengangguk, “Kalau begitu sekarang aku langsung ke ruang guru ya Kazuya,” seru ku gembira, ku langkahkan kaki ku setengah berlari meninggalkan Kazuya.

“Tungguu ! Tunggu Ayanaa!” aku menoleh, “Ada yang ingin ku bicarakan. Sebentar saja, ini penting. Sebentar saja, kamu bisa kan ?!”

Aku melongo, heh ?!? Ada apa ?!? Aku tidak perlu kan berterimakasih sama dia soal lukisan ini ?!? Toh aku yang memenangkannya seorang diri dan dia hanya model dalam lukisan ku. “Maaf, aku sedang buru – buru nih. Lain kali bisa kan ?” aku memaksakan diri tersenyum namun Kazuya memotong ucapan ku.

“Tidak bisa! Sebentar saja, aku mohon! Ini penting!,” Kazuya sedikit memaksa.

“Aku buru – buru, Kazuya,” aku terkejut di tempat dan mata ku terbelalak tajam mendengar ucapan Kazuya dan aku terdiam.

“Apa kau tidak bisa mendengar ku ? Apa kau tidak bisa menyisakan sedikit waktu untuk ku, Ayana ? Sedikit saja, dengarlah. Ini tentang perasaan ku,”

“Apa yang kau bilang barusan, Kazu ? Aku tidak pernah sedikit memikirkan perasaan mu ? Aku selalu memperhatikan mu. Perasaan seperti apa yang kau bicarakan ? Aku telah memberikan mu cokelat pada valentine kemarin! Apa itu tidak cukup bagi mu, hah ? Sudahlah. Aku punya urusan yang lebih penting”

“Apa kata mu tadi ? Kata lebih penting dari ku itu ?

Aku terdiam sejenak. Heh ?! Apa tidak tahu juga nih orang ? Aku akan mendapatkan hadiah berharga ?!? Hadiah karena keberhasilan ku sendiri ?!? Huh! Tidak tahu dia, pikir ku kesal. Aku menoleh pada Kazuya dan berbicara keras.

“Heh ?! Kazuya, apa tidak cukup kata – kata mu yang barusan, Hah ? Dengar! Ini keberhasilan ku seorang karena usaha ku! Lalu kau mau menghentikan ku mendapatkan jerih payah ku ?! Tolonglah, aku sudah tidak sabar nih. Kau hanya jadi model dalam lukisan ku ! Lantas kau ingin apa dari ku sekarang, hah ?!?”

“Ayana, dengar dulu! Aku mohon. Aku tidak ingin bertengkar dengan mu sekarang karena hal sepele. Tapi berikan aku sedikit waktu saja, pliz!,”

“Mm…ya, kenapa ? “ seru ku rada kasar namun aku tidak peduli. Dia menganggu privacy ku. Kami tetap temankan ?

“Begini, sejak bertabrakan waktu itu, aku…” seru Kazuya malu – malu.

“Heh ?! Cukup bicaranya! Aku sudah muak begini. Kazuya,” Kazuya terdiam menatap ku, tidak dilanjutkannya kata – kata yang tadi.

“Ayana, sejak tadi kau marah – marah. Pliz dengerin aku dengan serius,” aku membuang muka kesal, Kazuya terdiam sejenak, “Akhirnya aku tahu sekarang. Sifat mu yang sebenarnya Ayana,” Kazuya menatap ku berkaca – kaca, “Waktu valentine, kau memberikan cokelat bukan hanya untuk ku saja kan ? Aku tahu. Itu cuma untuk formalitas mu saja. Biar Nami tidak mengatai mu lagi. Biar kau merasa puas dengan usaha mu sendiri. Ayana,” aku membuang muka kesal, “Biar kau tidak dengar. Aku akan katakan. Kelakuan mu tadi sudah salah besar, Ayana. Percayalah. Seperti kata mu tadi ‘dengan usaha ku sendiri’. Padahal aku membantu mu. Namun aku tidak menyesal melakukannya. Aku cuma mau ngasih tau ke kamu, sejak bertabrakan waktu itu, aku menyukai kamu dan sampai sekarang pun akan selalu menyukai kamu.” …?!?!

“Tapi tidak apa – apa. Mendengar yang barusan aku puas. Kamu tidak punya perasaan apa – apa untuk ku’kan ? Tapi itu bagus. Aku tenang. Satu lagi, jika ada apa – apa, tolong katakanlah pada ku. Aku akan menolong mu.” dengan langkah panjang, Kazuya meninggalkan aku yang terbengong sejak tadi. Mata ku terbelalak tajam. Ya, mungkin saja Kazuya menyukai ku. Tapi, tiba – tiba kepala ku berdenyut keras dan kata – kata Kazuya terngiang – terngiang di kepala ku. Hiks, hiks. Tiba – tiba air mata deras membasahi pipi ku. Sungguh tidak bisa ku bendung lagi. Aku juga ‘suka’, “hah ?!” Mata ku terbelalak tajam. Tapi aku telah menyakitinya, bagaimana ini ? Hiks, hiks. Air mata kembali mengalir di kedua pipi ku, deras tak berhenti hingga beberapa menit kemudian bel berbunyi. Dengan langkah berat aku kembali ke kelas.

Sabtu pagi, 3 hari setelah kejadian itu, aku melangkahkan kaki dengan berat menuju ruang kepala sekolah untuk menerima hadiah. Hati ku kembali perih, menyadari perasaan ku. Hiks, hiks. Dalam hitungan detik, air mata mengalir di kedua sisi pipi ku yang mulus. Ayana bodoh ! Kenapa baru ku sadari sekarang. Kenyataannya, hadiah itu tidak ada gunanya bila tanpa Kazuya disisi ku. Kenyataannya, secara terang – terangan aku menampar wajah Kazuya dengan mengatakan hal yang menyeramkan. Walau pada orang yang aku sukai ? Bagaimana ini ? Aku terus menangis di depan pintu masuk ruang guru, menangis hingga seorang menenangkan ku, mendongakkan kepala ku.

“Sawamura, kau tidak apa – apa kan ?” Pak Hirei ramah menyapa ku, suaranya hangat dan menentramkan ku, dalam sekejap aku berhenti menangis.

“Kau benar tidak apa – apa, Sawamura ?” aku mengangguk lemah, berikutnya aku menatap Pak Hirei lagi dan kami pun tersenyum. 5 menit kemudian, ku langkahkan kaki ku ke ruang kepala sekolah, sesampai ku disana Pak kepala sekolah memberi ku selamat dan memberi ku piala penghargaan itu. Siang harinya, aku mendapat tepuk tangan dari seluruh teman sekelas ku termasuk Nami. Ia meminta maaf pada ku karena selama ini mengatai ku lesbian dan kami kembali berteman. Aku pun tidak perlu memberikan cokelat ku sebagai formalitas ku di hari valentine seperti sebelumnya. Tahun ini, aku ingin memberikan cokelat valentine ku kepada orang yang paling menyukai aku sedunia juga aku sukai. Karena itulah yang aku inginkan saat ini, pikir ku senang. Detik berikutnya aku mengikuti pelajaran dengan hati gembira. Nami sempat menanyai ku ‘kenapa aku seriang ini ?’, namun aku menjawabnya ‘rahasia’.

Hari – hari bahagia untuk kesekian kalinya mampir juga di hidup ku, saat – saat yang membahagiakan ku bersama teman – teman, festival melukis, puisi kuno, juga pelajaran. Namun jauh dalam hati ku, aku merasa sangat kesepian. Orang yang aku sukai saat ini tiada lagi disisi ku. Memang saat ini, semakin jarang aku bertemu Kazuya. Tapi aku nya yang bodoh, kata ku pada diri sendiri. Kuatkan dirimu Ayana, aku mencoba menguatkan batin ku. Ini yang pertama kalinya. Ya, sejak menyadari perasaan ku 3 hari yang lalu itu, justru aku semakin tidak tenang. tak sedetik pun ku lewatkan masa – masa indah memandang wajahnya, walau hanya sekilas dan jauh tetapi dalam hati ku aku sungguh merasa puas, pipi ku pun bersemu merah. Tapi apakah hanya begini ? Tidak ! Aku tidak ingin hanya seperti ini ! Aku tidak mau berakhir begini ! Tidak mungkin aku senang bila orang yang ku sukai jauh dari ku. Tidak ! Aku justru ingin Kazu kembali berteman dengan ku. Aku harus melakukan sesuatu, tekad ku pada suatu hari di bulan januari. Masa – masa yang panjang, ya, sampai pada hari tahun baru, meski bersebelahan, Kazuya mengacuhkan ku. Kazuya waktu itu sedang asyik mengobrol dengan seorang cewek. Sebelum kejadian ini katanya sih hanya teman, tapi perasaan ku sebaliknya. Bagaimana ini ? Bagaimana Ayana ?, aku menegur diri ku sendiri. Bagaimana pun semuanya salah ku. Aku yang memulai masalah. Aku harus meminta maaf pada Kazuya, tekad ku dalam hati, akhirnya aku memutuskan. Pulang sekolah dengan langkah berat, ku langkahkan kaki ku menuju kelas Kazu. Namun ketika memasuki kelasnya, aku menahan nafas panjang dan tak menemukannya. Dengan putus asa, ketika memutuskan untuk berbalik, ku dengar suara yang akrab di telinga ku.

“Kazuya,” seru ku menahan gembira melihat wajahnya. Kazu terdiam dan disampingnya gadis sebaya berambut ikal yang tergerai sepunggung menatap ku marah, dengan kasar ia menarik lengan kekar Kazuya, hendak membawanya pergi. Kazuya tunggu ! “Kazuya tunggu !” akhirnya aku berhasil bersuara dan setengah berlari, akhirnya aku berhadapan dengan Kazuya di pintu. Gadis disebelahnya menahan nafas menatap ku. Kazuya berbicara.

“Sawamura, ada perlu apa ?” seru Kazuya. Hah ?! Mata ku terbelalak tiba – tiba. Kazuya sejak kapan ?! Dia memanggil ku dengan nama keluarga ku ?!?! Kazuya ?! “Aduh Sawamura, ada apa ?” Kami tidak punya banyak waktu nih. Cepatan, mau bicara apa ?” mata Kazuya menatap ku dingin. aku bisa melihat dari ekspresi wajahnya. Kazuya tidak seperti biasanya, pikir ku. Biasanya, dia menatap ku lembut dengan suara mengoda, ia suka sekali memeluk ku. Walau tanpa alasan yang jelas dia memeluk ku, sekarang ku sadari aku sungguh senang. Tapi kenapa dia memanggil ku dengan nama keluarga ku ?!?! Biasanya ia meneriaki ku ‘Ayana bodoh !” atau Ayana saja, meneriaki itu di telinga ku ketika menyadari kadang aku lemot kalau ditegur olehnya. Tapi ini dia memanggil ku Sawamura. Dan aku merasakan pandangannya tak ramah seolah membenci ku dengan sihirnya. Dia seperti…?!!?! Masa ?! Kazuya membenci ku ?!?! Aku menutupi mulut ku dengan kedua tangan ku seolah tak percaya yang ku pikir kan. Kemudian masih ku dengar Kazuya menggumamkan sesuatu dan dia berteriak keras di depan wajah ku. Samar ku dengarkan, begitu samar dan jauh.

“Hei ! Kau tidak apa – apa ?!?! Ayana ?” hah ?! Apa ?! Dia memanggil nama ku ? Apa tidak salah dengar aku ya ? Oh, benar. Syukurlah, Kazu mengingat diri ku. Dia memanggil nama ku. Brukk ! Aku tidak tahu lagi yang terjadi sampai suatu saat aku tersadar tengah berada di UKS bersama guru dan teman – teman,,, eeh maksudnya teman – teman… Kazuya. Kazuya juga ada disini ? Mata ku terbelalak tajam dan kemudian aku tersadar Kazuya membungkuk di hadapan ku menatap ku.

Aku terduduk di tempat tidur UKS dengan mulut menganga.

“Ayana, Akhirnya kau sadar juga ya. Kami semua hampir cemas,” Nami memulai berbicara, kemudian ia mendekati ku setengah berbisik, “Untungkan, aku mengirim mu kembali ke kelas mengambil buku yang tertinggal,” ia tersenyum manis, mengedipkan mata ke arah ku yang masih bingung, “Ada apa, Ayana ?”

“Aku tidak kembali ke kelas kok, aku ku pada Nami sahabat ku, Nami memberi respons berlebihan yang membuat ku tersentak kaget. “Aku justru ke kelas Kazuya,” lanjut ku dan Nami hanya mengangguk – angguk, sementara mata ku menatap Kazuya yang sejak tadi mondar – mandir di samping tempat tidur ku, aku tertunduk malu melihatnya.

“Apa ?! Kau ngapain begitu, cari gara – gara namanya. Ngapain kau ke kelas cowok ganjen macam dia, hah ?! Coba jelaskan pada ku sebenarnya !”

“Maaf, Nami. Sebenarnya aku menyukai Kazu,”

“Apa kamu bilang ?!” jerit Nami yang panjang membuat semua mata tertuju pada ku, aku menaruh telunjuk di depan mulut ku hingga terdengar bunyi ‘sst !’, “Oh, maaf. Iya, kalau begitu kenapa sejak awal tidak kau katakan itu padanya agar dia tidak salah paham, hah ?! Justru kau yang cari masalah, menyakiti hatinya seperti itu. Lalu apa kau pikir, dia akan memaafkan mu, Ayana ?” aku mengangguk. Pasti, Nami. Lihat saja nanti. Pengaruh cinta lebih kuat dari apa pun, seru ku percaya diri. Beberapa menit kemudian, ku alihkan pandangan mata ku berkeliling ruang UKS, tak lama berhenti pada Kazu yang menatap ku cemas. Hah ?! Kazuya ?!

“Kata dokter sih, kau anemia,” akhirnya Nami menjelaskan.

“Apaa ?! Kenapa bisa seperti itu ?! Nami, katakan sesuatu !” aku menguncang – guncang kan bahu Nami, Nami memberontak.

“Aduh, sakit tahu !” protes Nami namun akhirnya ia berbicara. “Ayana begini, sejak tadi Kazuya disini menjaga mu yang sedang tak sadarkan diri. Kau tahu, dia juga yang membopong mu ke sini lho,” seru Nami riang. Benarkah ? Aku tersenyum gembira, saat itu ada yang menggemparkan ku dan membuat ku cemas.

“Kazuya-chan, sampai kapan kita dikurung disini ? Ayo pergi, aku gerah nih Kazuya. Pemandangannya hanya orang sakit, membosankan,” ‘grr !’, gerutu ku kesal, “Ka-zu-ya, ayolah. Aku sudah ingin dilukis oleh mu. Apa kau tidak ingin lagi aku menjadi model lukisan mu ?” Kazuya menoleh tanpa senyum namun gadis itu menarik lengannya, akhirnya ia berbicara.

“Sudahlah, jangan merengek begitu. Sedikit saja tahan, tinggal sebentar lagi kan waktunya. Jangan merengek kayak anak kecil, Kanon,” katanya lagi. Hah ?! Apa maksud ‘Sedikit saja tahan, tinggal sebentar lagi waktunya’ ?! Maksudnya apa ?! Bagai tersihir sesuatu, satu hari di rumah, selama seharian aku membisu, tak berbicara pada Ayah, Ibu, juga yang lain. Hanya suara Kazu yang terdengar beruang kali di kepala ku, seperti video yang diputar berulang dan terekam. Aku terbaring lemah di kamar ku. Kata dokter sih, aku tidak apa – apa, hanya kurang darah saja. Minum vitamin, besok pasti sembuh, pikir ku senang. Tapi aku masih Ayana bodoh, pikir ku melanjutkan. Aku jadi tertunduk mengingatkannya. Kenapa kemarin tidak terlintas di kepala ku cara meminta maaf padanya ? Padahal sebulan lagi valentine. Tak ada waktu untuk ku, akhirnya aku memutuskan. Hanya satu cara, meminta maaf saat dia melakukan kegiatan ekstra kurikuler, putus ku kemudian.

Sore yang begitu gelap, aku mengintip ke dalam kelas Kazuya. Semua siswa sudah pulang ke rumah, jadi kemungkinan hanya siswa teladan saja yang yang sesore ini masih membuka pelajaran tertinggal. Kazu bukan seperti itu, aku tahu itu. Dia tipe cowok yang rajin saat ada pelajaran, jika hari libur, ia akan menghabiskan waktu seharian di rumah. Tiba – tiba aku tersenyum sendiri. Di hari begitu dingin aku menemukan meja Kazuya, tanpa sempat berpikir, aku membaringkan kepala ku di atas meja. Saat hampir terlelap ku dengar suara yang keras dan memarahi ku.

“Sedang apa kau di meja ku ?!” Tanya Kazuya marah. “Ku tanya, sedang apa kau dengan meja ku ?!” lanjutnya lagi. Kazu ?! mata ku terbelalak tajam terutama saat menyadari Kazu menghampiri mejanya, sambil tengah tersenyum ‘Kazu ?’ Aku menahan nafas saat ia melangkah ke arah ku. Langkah demi langkah, akhirnya ia berhenti di depan ku. Dengan memicingkan matanya Kazu berbicara.

“Ayana ?” serunya setengah mengantuk, tak lama matanya membuka lebar menatap ku, “Kau Ayana, sedang apa kau di meja ku malam – malam begini ?” Tanya nya marah. Hah ?! Ayana pasang mulut untuk berbicara, perintah ku pada diri sendiri. Namun sampai detik berikutnya aku membisu. “Apa kau ada masalah, Ayana ? Memang selama ini kita jarang bertemu, tetapi bukan berarti kita tidak bisa berbicara satu sama lainnya. Ayana katakan pada ku, kenapa kau sampai sakit ? Ayo katakan pada ku. Kalau kau hanya diam, aku tidak tahu harus berbuat apa sekarang ?”

“Maaf !” mata Kazuya terbelalak tajam. “Maaf kalau selama ini Ayana bodoh selalu menyakiti Kazu. Padahal harusnya Ayana saja yang terluka. Ayana sudah banyak sekali salah bahkan terlalu banyak. Pada Kazu, sesungguhnya Ayana ingin minta maaf tetapi tidak pernah kesampaian. Ayana bodoh ini tidak berguna ya. Waktu Ayana menemui Kazu, Ayana merasa tidak punya hak untuk bertemu jadi selalu menghindar. Jadi tidak bertemu Kazu. Tidak bertemu Kazu, hati ku sakit sekali. Dada ini jadi teriris. Waktu mendengarkan kata cinta dari Kazu, awalnya Ayana tidak merasakan apa – apa. Tapi setelah Kazu pergi, Ayana jadi selalu menangis memikirkan Kazu. Kazu dan Ayana akan tetap berteman’kan ? Maaf !”seru ku tertunduk, tanpa sadar aku tertidur dan aku terbangun keesokan harinya di kamar Kazuya, aku pun tersenyum.

“Ayana, ini sup hangatnya. Dimakan ya ?” seru Kazuya ramah seraya meletakkan nampan di atas meja dan menggenggamkan mangkok sup ke tangan ku yang dingin, aku tersenyum menatap Kazu dan ia pun tersenyum menatap ku. Beberapa menit kemudian kami mengobrol dan beberapa hari kemudian kami kembali berteman.

“Apa jadi kau ikut kegiatan melukis juga ?” Tanya ku pada Kazu di sekolah seusai kelas. Kazu mengangguk cepat. Kami sedang berjalan menuju ruang melukis. “Kau ikut lomba festival juga’kan ? “ Memang saat ini model lukisan ku bukan lagi Kazuya. “Berarti sekarang kau sudah punya model lukisan untuk festival itu donk !” seru ku riang. Tapi Sejak festival kelas 1 dan sejak bermasalah dengan Kazuya waktu itu, aku tidak menginjakan kaki ku di ruang melukis. Dan memang aku absen dalam klub seni melukis selama ini, mungkin dulu alasannya karena Kazuya, tetapi aku harus bangkit putus ku. Tahun ini aku harus masuk seni melukis, kata ku. Ya sejak tahun lalu seorang bernama Furyutsu Masuda kelas 1 bersedia menjadi model lukisan ku, aku bisa sedikit melupakan kesedihan ku setelah Kazuya pergi. Tapi sejak kejadian di Uks itu, aku jadi semakin tidak bisa melupakan Kazuya dan mencintainya. Juga begitu ku lihat gadis disisi Kazuya, saat itu aku benar – benar cemburu dan aku tak tahan lagi, seru ku pada diri ku sendiri. Apalagi kejadian yang ku lihat berikutnya benar – benar menghujam jantung ku dan aku menangis lagi. Gadis yang ku lihat di Uks, ku lihat juga bersama Kazuya sewaktu aku mengendap – endap masuk ruang melukis, Kazuya memandang wajahnya terus. Ayana benar – benar tidak tahan lagi, seru ku pada diri sendiri. Berbeda dengan waktu itu, alasan ku kali ini karena aku memang butuh partner dan Masuda bersedia membantu ku dan kini kami berteman.

Ceritakan pada ku tentang model lukisan mu, seru ku. Siapa namanya ? Seperti apa gadis yang beruntung itu, Kazuya ? Sebenarnya aku ingin menanyakan itu tapi sampai detik berikutnya mulut ku membisu dan aku tertunduk sedih. Kusadari air mata mengalir di kedua pipi ku dan itu membuat ku semakin sedih.

“Apa kau juga menyukainya ? Maksud ku kau juga menyukai model lukisan mu ?” seru ku masih tertunduk.

“Apa ? Oh, tentu saja. Bukankah si pelukis melukis modelnya berarti ia harus menyukai modelnya itu ? Misalnya dalam hal mimik wajah,” seru Kazu riang.

“Maksud ku bukan itu. Apa kau menyukai model mu melebihi seorang teman, Kazu ?” seru ku lagi, “Jawablah,”

Kazu terdiam menatap ku. Tak lama ia berbicara.

“Kau sendiri, apa kau menyukai model mu melebihi seorang teman ? Waktu itu kan aku juga bertanya hal yang sama. Jadi jawabannya hanya teman kok,” Kazu tersenyum. Wajah ku memerah dan tertunduk malu.

“Kazu, bolehkah aku bertanya lagi ?”

“Katakan saja hal yang ingin kau tahu,”

“Walau agak pribadi juga boleh ?” Kazu terdiam tapi akhirnya ia berbicara, aku tersenyum kemudian.

“Boleh. Apapun boleh. Tanya saja,”

“Kazu suka gadis seperti apa ?”

“Ng, gadis yang manis dan menyenangkan. Itu saja,”

“Kalau sekarang, Kazu suka yang bagaimana ?”

“Ayana, maksud mu ?” Kazu menatap ku bingung.

“Jawab saja. Ini referensi buat lukisan ku,”

‘Referensi buat lukisan mu ? Oh. Eh Ayana, kau tahu tidak festival melukis tinggal seminggu lagi. Apa yang kau siapkan untuk festival melukis itu ?”

“Kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ku ?”

“Waktu itu juga kau tidak menjawab pertanyaan ku, Ayana ?”

“Aku kan sudah bilang maaf. Ng Kazu, hari valentine nanti kau ada acara tidak ?”

“Ng, tidak. Kenapa ?” jawab nya ringan.

“Apa kau bisa pergi dengan ku melihat lukisan yang disimpan di museum hari itu ? Berdua saja dengan ku, kau mau ?”

“Ng, boleh. Mmm, aduh Ayana kan tahu bahkan harusnya sudah tahu. Sejak dulu, orang yang aku suka tuh Ayana seorang bukan Kanon model lukisan ku,” Kazu menjelaskan. “Eh, tapi kan Ayana sudah pernah bilang tak berminat sama cowok seperti aku. Jadi––”

“Aku tidak pernah berpikir demikian,” jerit ku dan tangan ku mendekap mulut ku dengan cepat, menyadari Kazuya menatap ku–– “Kazu ?” senyum ku, namun ku alihkan mata ku tak memandang wajah nya. “Dulu memang aku tidak tahu perasaan ku saat bersama Kazu. Makanya terceplos yang aneh – aneh begitu dari mulut ku,” Kazu melirik ku, serius memperhatikan ku.

“Aku telah menyakiti Kazu,”

“Ayana,” komentar Kazuya.

“Tapi aku kan sudah meminta maaf,” seru ku, “Dulu itu aku memang belum mengenal Kazuya. Tapi waktu Kazuya bilang suka waktu itu, Ayana lagi marah, jadi Ayana menyakiti Kazu lagi,”

“Ayana, sudah. Jangan diteruskan,” pinta Kazu.

“Biarkan Ayana berbicara. Ayana harus bicara supaya puas. Waktu itu Ayana belum terpikir jatuh cinta dan Ayana menganggap Kazu sebagai teman. Hanya teman. Tapi setelah tidak bertemu Kazu, Ayana merasa sangat kesepian dan akhirnya Ayana sadari perasaan Ayana sendiri,” Kazu semakin serius menatap ku, “ Dari perasaan Ayana rasa kesepian, Ayana gelisah setiap memikirkan Kazu. Ayana jadi bingung ini perasaan apa ?” Kazu menatap ku terus, “Akhirnya Ayana mengerti, kalau Ayana suka sama Kazuya,” Kazu yang tidak percaya yang dia dengar, tersedak – sedak karena kaget. Aku mengangkat wajah ku, “Kazu tidak apa – apa kan ? Kazu ?” ku lihat wajah Kazu memerah dan berseri menatap ku.

“Benarkah itu, Ayana ?” aku mengangguk, “ Coba katakan sekali lagi bahwa kau menyukai aku ?” seru Kazu tersenyum menatap ku.

“Aku,,, sejak dulu selalu menyukai Kazuya,” teriak ku, berikutnya ciuman hangat dibibir ku oleh orang yang aku suka, “Ng, boleh aku memanggil mu Kazu-chan saja ?”

“Tentu saja boleh. Sebaliknya aku memanggil mu Ayana-chan saja ya,” Kazu menggenggam tangan ku dan untuk pertama kalinya hari itu, aku punya pacar.

Keesokan harinya aku menceritakannya pada Nami sahabat ku, dia berteriak histeris dan kelas menjadi ramai. Mata ku menatap Nami kesal, namun Nami memberi tanda V didepan wajahnya. Jam istirahat pun tiba.

Mata ku mengarah pada dua meja dipaling pojok ruangan, dua gadis sedang berbicara, aku dan Nami memasang telinga mendengarkan.

“Kanon, ayo kita keluar kelas. Disini pengap udaranya,”

Aku dan Nami membuat tanda V didepan wajah kami.

“Dengar semua, Ayana mau membuat sebuah pengumuman hebat. Ayo Ayana, giliran mu,” Nami menepuk bahu ku.

“Mmm semua, yang menjadi model lukisan ku juga inspirasi ku dalam festival melukis kemarin adalah Ichibana Kazuya. Semuanya tak akan ada artinya tanpa dia,” mata ku melirik pada Kanon yang cemberut mendengar berita ini, dia hendak keluar ruangan namun disisi kirinya Kazuya masuk dengan wajah berseri – seri.

Benar, dia segalanya bagi ku. Kazuya adalah hadiah terindah pertemuan tak sengaja waktu itu. Aku sangat bahagia akan hal itu, kalian juga kan ?

***

Gemuruh Ombak ku

Gemuruh Ombak ku
Puisi ini orisinil dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya

Gentar hati ku gementar

ketika 1 kali ku masuki kelas ku

Geram tangan ku menggenggam

ku masuki tugas tak menyenangkan, berkelompok


Gelisah hati ku gelisah

ku sadari air mata mengairi hamparan pipi ku

Hancur kesekian kalinya hati ku hancur

ku ingat semua yang membuat ku begini


Hampa ku rasa keceriaan ku hilang

saat harus ku langkahkan kaki dihari ini

memasuki sepinya wilayah kampus ku


Geram pikiran ku menggeram

saat ku pikirkan menulis cerita ini

Lukisan isi hati ku untuk teman ku

yang mencintai ku.


***